Asuhan Keperawatan Reumatoid Artritis

ASKEP Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan Reumatoid Artritis - Reumatoid Artritis atau yang biasa disingkat dengan RA adalah salah satu bentuk paling umum dari suatu penyakit autoimun dan hampir memengaruhi lebih dari 21 juta orang diseluruh dunia yang menderita reumatoid artritis. biasanya ditandai dengan munculnya peradangan kronis pada sendi tangan dan kaki. Peradangan yang terjadi akan menyebabkan nyeri sendi, kekakuan dan pembengkakan, sehingga menyebabkan hilangnya fungsi sendi karena terjadi kerusakan pada tulang maupun tulang rawan.

Dengan adanya pengertian diatas, saya akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Reumatoid Artritis untuk mengetahui perawatan lebih lanjut mengenai penyakit ini.

Pengertian Reumatoid Artritis
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour. 2001)

Rheumatoid Arthritis adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.(Susan Martin Tucker.1998)

Rheumatoid Arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).

Etiologi Reumatoid Arthritis
Penyebab pasti reumatoid arthritis tidak diketahui. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor system reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke,2001).

    Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid, yaitu:
  1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus
  2. Endokrin
  3. Autoimun
  4. Metabolik
  5. Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.
Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikoplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.

Manifestasi Klinis Asuhan Keperawatan Reumatoid Artritis
    Pola karakteristik dari persendian yang terkena :
  1. Mulai pada persendian kecil ditangan, pergelangan, dan kaki.
  2. Secara progresif menenai persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular.
  3. Awitan biasnya akut, bilateral, dan simetris.
  4. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, dan nyeri ; kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit.
  5. Deformitasi tangan dan kaki adalah hal yang umum.
    Gambaran Ekstra-artikular :
  1. Demam, penurunan berat badan, keletihan, anemia.
  2. Fenomena Raynaud.
  3. Nodulus rheumatoid, tidak nyeri tekan dan dapat bergerak bebas, di temukan pada jaringan subkutan di atas tonjolan tulang.
    Rheumatoid arthritis ditandai oleh adanya gejala umum peradangan berupa :
  • Demam, lemah tubuh dan pembengkakan sendi.
  • Nyeri dan kekakuan sendi yang dirasakan paling parah pada pagi hari.
  • Rentang gerak berkurang, timbul deformitas sendi dan kontraktur otot.
  • Pada sekitar 20% penderita rheumatoid artritits muncul nodus rheumatoid ekstrasinovium. Nodus ini terdiri dari sel darah putih dan sisa sel yang terdapat di daerah trauma atau peningkatan tekanan. Nodus biasanya terbentuk di jaringan subkutis di atas siku dan jari tangan.
Komplikasi Reumatoid Artritis
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.

Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

Patofisiologi Askep Reumatoid Artritis
Cidera mikro vascular dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium merupakan lesi paling dini pada sinovisis reumatoid. Sifat trauma yang menimbulkan respon ini masih belum diketahui. Kemudian, tampak peningkatan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleus privaskular. Seiring dengan perkembangan proses sinovium edematosa dan menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolon vilosa.

    Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :
  1. Stadium Sinovisis
    Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak dan kekakuan.
  2. Stadium Destruksi
    Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
  3. Stadium Deformitas
    Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.
    Tanda dan Gejala
  1. Nyeri persendian
  2. Bengkak (Rheumatoid nodule)
  3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
  4. Terbatasnya pergerakan
  5. Sendi-sendi terasa panas
  6. Demam (pireksia)
  7. Anemia
  8. Berat badan menurun
  9. Kekuatan otot berkurang
  10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
  11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
  12. Pasien tampak anemik
    Pemeriksaan Diagnostik
  1. Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.
  2. Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
  3. Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
  4. LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat.
  5. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
  6. SDP: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.
    JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
  7. Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai penyebab RA.
  8. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
  9. Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium.
  10. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi.
  11. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
  12. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
Kriteria diagnostik Reumatoid Artritis adalah terdapat poli-arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.
    Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism Association ( ARA ) dibagi menjadi:
  1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning Stiffness).
  2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi.
  3. Pembengkakan oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
  4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
  5. Pembengkakan sendi yang bersifat simetris.
  6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
  7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid.
  8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid.
  9. Pengendapan cairan musin yang jelek.
  10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia.
  11. Gambaran histologik yang khas pada nodul.
    Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
  • Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
  • Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
  • Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 4 minggu.
Penatalaksanaan Medik Pada Reumatoid Artritis
    Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
  • Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan prognosis penyakit ini.
  • Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat.
  • Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien.
  • Termoterapi.
  • Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
  • Pemberian Obat-obatan :
    • Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan pada dosis yang telah ditentukan.
    • Obat-obat untuk Reumatoid Artitis : Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty Inflamatory), Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori), Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori), Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori), Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori), Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori), Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)
Konsep Asuhan Keperawatan Reumatoid Artritis Pengkajian Pada Reumatoid Artritis Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
    Pengkajian Pada Reumathoid Artritis Berdasarkan 11 Pola Gordon
  1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
    • Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
    • Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
    • Riwayat keluarga dengan RA
    • Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
    • Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
  2. Pola Nutrisi Metabolik
    • Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak mengandung pospor(zat kapur),vitamin dan protein)
    • Riwayat gangguan metabolic
  3. Pola Eliminasi
    • Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
  4. Pola Aktivitas dan Latihan
    • Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
    • Jenis aktivitas yang dilakukan
    • Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
    • Tidak mampu melakukan aktifitas berat
  5. Pola Istirahat dan Tidur
    • Apakah ada gangguan tidur?
    • Kebiasaan tidur sehari
    • Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
    • Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
  6. Pola Persepsi Kognitif
    • Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
  7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
    • Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
    • Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
  8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
    • Bagaimana hubungan dengan keluarga?
    • Apakah ada perubahan peran pada klien?
  9. Pola Reproduksi Seksualitas
    • Adakah gangguan seksualitas?
  10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
    • Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
  11. Pola Sistem Kepercayaan
    • Agama yang dianut?
    • Adakah gangguan beribadah?
    • Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan
Diagnosa Keperawatan Reumatoid Artritis
  1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
    • Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan, berfokus pada diri sendiri, perilaku distraksi/respons autonomic, perilaku yang bersifat hati-hati/ melindungi.
      1. Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:
      2. Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol.
      3. Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
      4. Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
      5. Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
      1. Intervensi dan Rasional :
      2. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
        R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program
      3. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
        R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggianlinen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri
      4. Tempatkan/ pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.
        R/ Mengistirahatkansendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi.
      5. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.
        R/ Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi.
      6. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
        R/ Panasmeningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan danluka dermal dapat disembuhkan
      7. Berikan masase yang lembut
        R/meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri
      8. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif,sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas.
        R/ Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping
      9. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
        R/ Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat
      10. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
        R/ Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi
      11. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat)
        R/ sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
      12. Berikan kompres dingin jika dibutuhkan
        R/ Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut
Daftar Pustaka Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2002.
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis MA (Eds): Current MedicalDiagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-32.